Selasa, 07 Oktober 2008

Cerpen gombal!

Siapa yang tidak jenuh kalau menghadapi suasana seperti yang dialami Arvin. Pelajaran Sejarah di jam terakhir dengan guru yang suka menceritakan ‘sejarah’ hidupnya sendiri. Rasanya seperti dongeng buruk perusak tidur. Namun, entah keajaiban atau rasa jenuh yang sudah merasuk ke tulang. Arvin meletakkan kepalanya di atas meja dan tertidur.

Bel pulang seakan membangunkan Arvin dari tidur pendeknya. Sudah waktunya pulang! Seluruh siswa XI IPS 1 yang tadinya jenuh, langsung berubah ekspresi wajahnya karena gembira. Setelah Pak Guru keluar, seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas.

Arvin keluar dari kelasnya yang berada di lantai dua. Ia berjalan sendiri menuruni tangga, hingga keluar dari gerbang sekolahnya. Tak lupa ia membalas sapaan yang ditujukan padanya dengan senyuman. Arvin melanjutkan perjalanannya di tengah teriknya sinar matahari yang terasa membakar kulitnya. Melewati gedung Menza, ia menghentikan langkahnya di bawah jembatan penyeberangan.

Dengan sabar Arvin menunggu angkot M 01 yang lewat. Namun, setiap kali ada yang lewat, tidak pernah tersedia tempat yang kosong untuknya. Buruk banget nasib gue! pikirnya.

Tapi, ternyata hari ini bukanlah hari yang buruk bagi Arvin. Saat ia sedang lelah menunggu, datanglah seorang gadis yang kemudian berdiri di sebelah Arvin. Seragam yang dipakainya menunjukkan bahwa di juga siswa SMA, sama seperti Arvin. Gadis itu sangat cantik. Kulitnya putih, rambutnya yang panjang berwarna hitam, matanya yang indah dihiasi oleh bulu mata yang lentik, hidungnya mancung, lesung pipit seakan menambah keindahan wajahnya. Tidak hanya itu, ia juga memiliki postur tubuh layaknya Supermodel.

Gila! Cantik banget, ‘nih cewek! Perfect! Gue baru liat yang sempurna banget kayak gini. Kenalan nggak, ya? Ah! Malu gue! Ntar kalo dia nganggep gue alay, bisa turun pasaran gue. pikir Arvin.

Arvin memang tampan. Ia adalah tipe cowok yang digemari banyak cewek. Wajahnya terlihat Indo, kulitnya putih, tatapan matanya tajam, hidung mancung, senyuman yang manis, dan tubuh tinggi tegap yang terlatih karena kegemarannya bermain basket.

Mereka berdua pun saling pandang dan tersenyum malu-malu. Diam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Tidak lama kemudian, yang dinanti datang juga. M 01 berhenti di depan mereka.

Sial! Giliran gue lagi ngeliatin cewek kayak gini, kok angkotnya dateng, sih? Nasib… nasib…

Dengan terpaksa, Arvin pun duduk di sebelah supir karena tidak ada lagi tempat yang kosong di belakang. Ternyata, gadis itu duduk di sebelah Arvin. Arvin hanya terdiam. Menahan bahagia yang dirasakannya.

“Hey! Lo anak SMA 68, ya? Nama lo siapa?” tanya gadis itu pada Arvin.

“Oh, ya. Gue anak 68. Nama gue Arvin. Nama lo siapa?” tanya Arvin ramah.

“Gue Audi. Audia Pratiwi.”

Percakapan mereka sangat singkat. Namun, bagi Arvin itu adalah hal yang luar biasa. Perjalanan ini baginya merupakan perjalanan panjang yang tak terlupakan. Angkot pun melewati fly-over di Atrium, Senen. Arvin memberhentikan angkot dan segera turun. Entah sebuah keajaiban atau memang sudah ditakdirkan, Audi juga turun dari angkot dan berjalan di sebelah Arvin.

“Lo turun di sini juga?” tanya Arvin.

“Iya, nih! Gue mau nyari buku di Gunung Agung,” kata Audi.

“Wah! Kebetulan banget! Gue juga lagi mau nyari buku, kok! Kalo kita cari buku bareng aja gimana?”

“Yah… tapi gue mau makan dulu, Vin!”

“Ooo… nggak pa-pa. Gue juga mau makan. Laper, nih!”

“Ya udah. Sekalian aja, yuk!”

Mereka pun berjalan menuju ke McDonald. Mereka memesan makanan berupa cheese burger, paket nasi, dan milkshake. Setelah pesanan siap, Audi mengeluarkan dompetnya untuk membayar.

“Audi, nggak usah. Biar gue aja yang bayar,” ujar Arvin sambil mengeluarkan dompetnya dengan tergesa-gesa.

“Aduh… Nggak pa-pa, nih, Vin?”

“Udah… Santai aja! Uang gue lagi lebih, kok!”

Empat puluh lima ribu rupiah melayang begitu saja hanya karena seorang wanita cantik. Sungguh gila… Makan siang terasa indah kalau ditemani oleh gadis seperti Audi. Audi sangat ramah dan merupakan teman berbicara yang menyenangkan. Dari percakapan itu juga, Arvin mengetahui bahwa Audi baru saja mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba debat yang diadakan oleh Depdiknas. Hal itu semakin meyakinkan Arvin kalau Audi adalah gadis yang paling sempurna.

Setelah makan, mereka melanjutkan perjalanan ke toko buku. Inilah tujuan Arvin yang sebenarnya hingga mengantarkannya bertemu dengan Audi.

Setengah jam cukup bagi mereka untuk mencari buku. Mereka pergi ke kasir untuk membayar. Tapi, lagi-lagi Arvin mencegah Audi untuk membayarnya sendiri.

“Arvin, kok dari tadi lo terus, sih, yang bayarin gue? Gue jadi nggak enak, nih. Lagian kita kan baru kenal,” ujar Audi. Dari wajahnya, terlihat bahwa ada perasaan tidak enak.

“Nggak pa-pa. Anggap aja hadiah perkenalan,” jawab Arvin. Ia membayar buku-buku yang mereka beli.

Lalu, mereka keluar dari toko buku dan berjalan menuju pintu keluar. Di sana mereka saling bertukar alamat dan nomor telepon yang diberikan lewat secarik kertas. Tidak lama kemudian, sebuah mobil Honda Jazz berwarna hitam berhenti tepat di depan mereka. Di dalam mobil itu terdapat seorang pria tampan. Dari penampilannya, terlihat bahwa ia adalah seorang mahasiswa. Audi pun masuk ke mobil itu.

“Arvin, gue duluan, ya! Dah…” ujar Audi.

Arvin kesal karena merasa sudah dibohongi oleh gadis yang paling sempurna di matanya. Kertas berisi alamat dan nomor telapon itu disobeknya. Tidak bisa dipungkiri lagi. Hari ini memang hari tersial yang pernah dialaminya.

***

Sabtu ini tim basket putra SMA 68 berlatih di sekolah. Begitu juga dengan Arvin yang merupakan anggota dari tim inti. Setelah satu jam berlatih, pelatih memberikan waktu beberapa menit untuk beristirahat. Tiba-tiba, terdengar bunyi handphone bergetar dari tas Arvin. Nomor yang muncul tidak ada di daftar contact-nya. Ia menjawab panggilan itu dengan agak malas.

“Halo, ini siapa ya?”

“Arvin, ini gue, Audi.”

“Audi mana, ya?”

“Masa lo lupa, sih? Audi yang waktu itu nyari buku sama lo di Atrium.”

“Oh, elo. Ada apa?”

Kini yang ada di hati Arvin hanyalah rasa kesal.

Ngapain nih cewek nelpon gue? Nggak puas udah mainin gue tempo hari?

“Vin, sebelumnya sorry, ya, kemarin gue ninggalin lo. Soalnya kakak gue buru-buru.”

“Hah? Jadi yang kemarin itu kakak lo?”

“Iya, lah! Emang siapa?”

Arvin hanya bisa diam. Ia kaget. Ternyata dirinya masih diberikan kesempatan untuk mendekati Audi.

“Halo, Arvin!”

“Ya,” nada bicara Arvin berubah menjadi ramah dan antusias, seperti saat ia pertama kali bertemu Audi.

“Lo mau nggak nemenin gue ke acara ultah temen gue dua minggu lagi?”

“Boleh, boleh. Hari apa?”

“Sabtu. Bisa nggak?”

“Bisa, lah! Gampang.”

Tiba-tiba terdengar suara peluit yang menandakan bahwa waktu istirahat telah usai. Teman-teman Arvin sudah berada kembali di lapangan.

“Audi, udah dulu, ya! Ntar gue telepon lagi.”

Arvin mematikan handphone-nya dan memasukannya ke dalam tas. Ia kembali memasuki lapangan.

Tunggu! Gimana caranya gue nelpon Audi? Kertas alamat sama nomor teleponnya ‘kanperfect dia cuma karena kecerobohan gue? Nggak akan! Pokoknya gue bakal cari Audi sampai ke ujung dunia. Apapun caranya. udah gue sobek! Tolol banget, sih, Arvin! Masa gue harus kehilangan cewek se-

***

Kali ini Arvin benar-benar dilanda kebingungan. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya hanyalah menganalisis setiap kata yang diucapkan Audi saat mereka bertemu. Audi tidak menyebutkan di mana sekolahnya. Nomor yang digunakan untuk menghubungi Arvin hari itu adalah telepon wartel yang sudah jelas tidak bisa dihubingi. Audi hanya mengatakan bahwa ia sedang mengikuti lomba debat di Depdiknas.

“Diknas! Tante Diana kerja di sana. Gue bakal minta tolong dia buat cari data Audi. Pasti masih ada data peserta lomba debat!”

Dengan semangat 45, Arvin menghubungi tantenya. Ia menceritakan semuanya, namun versinya berbeda. Kali ini Arvin mengatakan kalau ia ingin mengembalikan buku milik Audi yang baru dikenalnya. Hal ini dilakukan untuk memperkuat alasan meminta data peserta. Ia memohon dengan sangat hingga Tante Diana setuju dan mau membantu.

Tiga hari kemudian, Arvin datang ke rumah Tante Diana. Ternyata, Tante Diana berhasil mendapatkan data-data tentang Audi.

“Vin, kamu serius kalo nama anak itu Audia Pratiwi?” tanya Tante Diana.

“Serius, tante. Emang kenapa?”

“Dari data yang tante dapet, cuma ada nama dan alamat sekolahnya. Yang namanya Audia Pratiwi itu sekolah di SMA 6 Jogja. Yakin kamu mau ketemu dia?” Tante Diana terlihat tidak yakin pada keponakannya.

“Yakin banget, tante. ‘Kan biar bisa langsung ngucapin terima kasih,” jawabnya singkat.

Tante Diana memberikan kertas berisi alamat sekolah Audi. Arvin mengucapkan terima kasih dan pulang dengan gembira.

Sekarang udah hari Kamis. Waktu gue tinggal seminggu! Sabtu ‘kan gue libur. Berarti besok sore gue harus berangkat ke Jogja naik mobil. Untung mobil gue udah balik dari bengkel. Tabungan gue juga udah lebih dari cukup buat tidur di hotel. Tapi, gue nggak akan enak-enakan sebelum ketemu Audi. Semoga aja hari Sabtu sekolahnya buka. Jadi gue bisa lebih gampang buat cari tau tentang dia.

Sesampainya di rumah, Arvin segera menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke Jogja. Lalu, ia langsung tertidur lelap. Menyiapkan tenaga untuk besok.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Arvin sudah siap dengan segala perlengkapannya. Mobilnya juga sudah dalam kondisi prima. Ia sudah siap untuk menempuh perjalanan 10 jam Jakarta-Yogyakarta. Dengan niat yang mantap, Arvin pun berangkat.

Hanya orang gila yang mau melakukan perjalanan seperti itu sendirian sambil mengendarai mobil. Mungkin cinta yang membuat Arvin begitu. Lelah di tubuhnya sudah tidak terasa lagi. Rasa kantuk dengan mudah dapat dikalahkannya. Maka, tidak heran kalau ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘cinta itu buta’.

Arvin benar-benar melakukan perjalanan non-stop. Ia hanya berhenti jika hendak makan atau mengisi bensin. Maka, pukul 1 dini hari ia sudah memasuki kota Jogja. Masih banyak waktu untuk beristirahat sampai pagi tiba. Arvin memutuskan untuk beristirahat di penginapan.

Tak terasa sekarang sudah jam 8 pagi. Perlahan Arvin membuka matanya. Istirahat selama 6 jam terasa cukup untuk menggantikan segala lelahnya. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap untuk mandi. Masih berkobar semangat di hatinya untuk menemukan Audi. Satu jam kemudian, ia melanjutkan petualangannya untuk mencari di mana SMA 6 Jogja.

Selama perjalanan, yang bisa dilakukan Arvin hanyalah memperhatikan nama jalan dan kertas bertuliskan alamat yang diberikan Tante Diana. Ada kalanya ia bertanya pada orang lain. Lalu, ia berhasil menemukan sekolah Audi. Untungnya, di seberang sekolah itu terdapat KFC. Maka, Arvin menunggu di sana sampai waktunya pulang sekolah.

Arvin sering kali memperhatikan jam tangannya. Saat ini waktu menunjukkan pukul 11:30. Belum waktunya pulang sekolah. Dengan sabar ia menunggu sampai makanan pesanannya habis. Ia duduk dan melamun. Terkadang ia ragu, apakah jalan yang diyakininya itu benar atau salah. Tidak lama kemudian, semua itu terjawab.

Segerombolan anak perempuan berpakaian seragam SMA memasuki KFC. Mereka terdiri dari empat orang. Mereka mencuri pandang ke arah Arvin yang tampan. Arvin membalas memperhatikan mereka. Ia merasa mengenali salah satu dari gadis-gadis itu. Ia pun tercengang saat gadis yang diperhatikannya itu mendatanginya.

“Arvin, ya? Kok bisa ada di sini?” tanya gadis itu.

“Audi? Ini Audi, ‘kan? Gue masih inget banget sama lo!”

Mereka pun tertawa. Wajah mereka memerah karena malu. Jalan yang ditempuh Arvin benar. Saat ini ia sedang berada di depan Audi.

Audi memperkenalkan Arvin pada teman-temannya. Mereka dapat cepat akrab. Ternyata, saat ini Audi dan kawan-kawannya sedang bolos. Mereka bercerita tentang banyak hal pada Arvin. Setelah selesai makan, teman-teman Audi pulang terlebih dahulu. Tinggallah Arvin dan Audi yang ada di sana.

“Vin, lo ‘kan belom cerita kenapa lo bisa ada di sini!” ujar Audi.

“Alasannya simple. Karena gue pengen ketemu lo.”

Mereka berdua diam sejenak. Tidak ada yang mampu mencairkan suasana.

“Gue pengen nanggepin undangan lo ke pesta ultah temen lo. Tapi gue udah ngilangin kertas alamat dan nomor telepon lo. Jadi, gue cari berbagai cara biar bisa ketemu lo. Finally, here I am.” jelas Arvin.

“Lo rela jauh-jauh dari Jakarta cuma buat ketemu gue?” tanya Audi.

Arvin hanya mengangguk.

“Sekarang gue mohon lo mau ngasih alamat dan nomor telepon lo lagi. Gue janji, kali ini nggak bakal ilang lagi,” pinta Arvin.

“Asal lo tau, gue nggak mau ngasih semua itu ke sembarang orang.”

Audi menuliskan alamat dan nomor teleponnya pada secarik kertas.

“Dengan syarat, lo harus nemenin gue hari ini. Oke?” kata Audi.

“Oke!”

Alamat yang diberikan oleh Audi adalah alamat rumahnya di Jakarta. Kakak Audi kuliah di sana. Bahkan, ada rencana kalau Audi juga akan dipindahkan ke Jakarta untuk bersekolah bersama kakaknya.

Hari ini mereka lewati berdua. Kebahagiaan terpancar di wajah mereka, terutama Arvin. Ia menemani Audi kemana pun yang ia suka. Tidak peduli selelah apapun tubuhnya. Baginya, melihat Audi bahagia sudah lebih dari cukup.

Seminggu kemudian, Arvin datang menjemput Audi di rumahnya yang berada di Kebayoran, Jakarta. Malam itu Audi terlihat sangat cantik. Arvin pun terlihat sangat tampan. Di pesta ulang tahun itulah Audi menerima cinta Arvin.

***







Cerpen di atas gw buat gara" ada tugas Bahasa Indonesia waktu kls 2. Ga nyangka gw! ternyata tu cerpen tolol masih ada di komputer gw! hahahaha... Dasar cerpen ga mutu!

judulnya 'Capeknya Mencari Dia'.

gw bikin malem",sambil SMS-an sama someone..

who inspired me to wrote that story..


bwt dia,gw cuma ngucapin terima kasih, karena udah ngisi hari" gw saat itu & membuat gw dpt nilai Bahasa.

Thanks a lot ya,

Didi...

Senin, 06 Oktober 2008

Hutanku,Indonesiaku

Di dunia ini emang nggak sedikit terjadi keajaiban pada orang yg menginginkannya..
Ga terkecuali org tolol bin sarap macem gw.
Yup!
Lo smua tau gw suka nulis dgn sensasi begadang dikejar deadline yg ruarr biasaa! April lalu gw ikut lomba nulis yg diadain sama BEMJ Biologi UNJ. Gw ikut tuh lomba bareng Shinta n Maya. Harusnya lomba itu jatah anak JGC. Tapi karena ank JGC ga ada yg mau,jd jatah rejeki itu gw yg ngembat.
hahaha

well,gw pun jadi juara 1!
ajaib bener kan?
itung" hadiah sweet seventeen (walau ujung"nya jadi sh*t seventeen)!
ada anak IPS yg menang lomba esai Biologi..
mau tau esai seperti apa?



check this out!



HUTANKU, INDONESIAKU

Kata-kata tersebut memang pantas diungkapkan oleh rakyat Indonesia di setiap masa, terutama saat ini. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya hutan. Bahkan, hutan di Indonesia disebut sebagai paru-paru dunia. Sebagai rakyat Indonesia, tentunya kita bangga akan hal itu.

Kekayaan alam berupa sumber daya hutan yang melimpah ini kemudian dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa hutan telah memberikan penghidupan yang layak bagi sebagian orang, hingga semakin banyak orang yang tertarik untuk memanfaatkan hasil hutan. Namun, hal itulah yang justru memancing keserakahan manusia.

Penggunaan hutan menjadi tidak terkontrol. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya keseimbangan pada ekosistem hutan. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka berpotensi menimbulkan kerusakan hutan. Tidak hanya itu. Masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan hutan di Indonesia. Maka, akan muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut.

Apa saja faktor penyebab kerusakan hutan di Indonesia?

Apa akibat yang dapat ditimbulkan dari kerusakan hutan?

Upaya apa yang dapat kita lakukan untuk menanggulanginya?

Selama tahun 1985-1997, kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai 22,46 juta hektar. Artinya, mencapai rata-rata 1,6 juta hektar per tahun. Demikian dikatakan oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), Profesor Doktor Soekotjo.

Salah satu penyebab kerusakan hutan adalah illegal logging. Illegal logging dikatakan sebagai penyebab kerusakan hutan terbesar di Indonesia. Penebangan hutan secara liar sangat merugikan berbagai aspek, mulai dari ekosistem hutan sampai industri perdagangan kayu hutan. Karena ongkos tebang yang tinggi, harga kayu pun melambung tinggi. Persaingan harga inilah yang kemudian merugikan industri kayu resmi. Maka tidak mengherankan jika dalam kurun waktu 50 tahun, hutan alam di Indonesia mengalami penurunan luas sebesar 64 juta hektar.

Sebanyak 80% kerusakan hutan di dunia disebabkan oleh tingginya perkembangan industri yang membutuhkan bahan-bahan produktif. Kebutuhan yang tinggi ini memancing terjadinya penebangan besar-besaran oleh pengusaha kayu resmi. Setiap pengusaha kayu membutuhkan bahan dalam jumlah yang besar di luar jumlah yang ditentukan. Maka, mereka melakukan penebangan secara besar-besaran.

Hal serupa juga terjadi pada pengusaha kayu ilegal yang tidak memiliki izin tebang. Mereka tidak hanya melakukan penebangan liar untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi, mereka juga menyelundupkan hasil “curian” mereka ke daerah atau negara lain. Keadaan inilah yang kemudian merusak perdagangan kayu hutan. Penebang liar tidak membutuhkan ongkos tebang yang tinggi. Keadaan ini jelas berbeda dengan industri kayu resmi yang membutuhkan biaya yang tinggi. Persaingan harga pun menyebabkan banyak pengusaha kayu resmi gulung tikar,

Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap penebangan resmi juga merupakan faktor penting yang menyebabkan kerusakan hutan. Direktorat Kehutanan telah menentukan kriteria Tebang Pilih Indonesia (TPI) yang juga dirumuskan dalam berbagai pertamuan ahli hutan se-dunia. Namun, pada kenyataannya keadaan di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Semua itu terjadi karena lemahnya pengawasan.

Salah satu bukti lemahnya pengawasan hutan adalah munculnya tindakan suap terhadap para petugas. Tindakan ini jelas merupakan penyimpangan yang memudahkan akses bagi para penebang ilegal. Para petugas yang seharusnya mencegah illegal logging malah terlibat secara langsung di dalamnya. Namun, semua ini tidak terlepas dari peran pemerintah. Karena penerapan hukum di Indonesia belum transparan dan cenderung lemah.

Telah banyak undang-undang yang dibuat untuk menjaga keutuhan hutan Indonesia. UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berisi tentang larangan berbagai kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan kawasan pelestarian alam. UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan yang berisi larangan penebangan di hutan lindung. Tetapi tanpa penerapan yang tegas, semuanya sia-sia.

Faktor lain yang menyebabkan kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. Pembukaan lahan hutan umumnya bertujuan untuk mengalihfungsikan lahan hutan sebagai lokasi pertambangan, pemukiman, dan perkebunan. Pembukaan lahan dengan membakar hutan tidak hanya mematikan ekosistem hutan. Polusi udara yang terjadi karena asap beracun dari kebakaran tersebut sangat membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya, bahkan beresiko mematikan. Selama bulan Januari-Oktober 2002, 45% dari keseluruhan titik kebakaran terkonsentrasi di Propinsi Riau. Kemudian Oktober 2002 terjadi kenaikan jumlah titik kebakaran yang cukup signifikan di Propinsi Riau, Sumatera Barat dan Jambi. Kebakaran hutan juga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Tahun 1997, diperkirakan kerugiannya sebesar $3- $4,4 milyar. Laju kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,7 juta hektar per tahun.

Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa kerusakan hutan di Indonesia telah memasuki tahap yang serius. Luas lahan hutan yang berkurang dan kerugian yang dialami oleh Indonesia bukanlah jumlah yang kecil. Kerusakan hutan seperti ini akan menimbulkan dampak yang cukup signifikan bagi rakyat Indonesia ataupun dunia. Berikut ini adalah beberapa akibat dari kerusakan hutan.

Meningkatnya kandungan CO2 di atmosfer. Kerusakan hutan tentunya akan mengurangi luas hutan dan jumlah tumbuhan. Jika jumlah tumbuhan sedikit, oksigen yang dihasilkan pun akan semakin sedikit. Lalu, oksigen yang dibutuhkan manusia dan hewan tidak seimbang dengan CO2 yang dibuang. Keadaan ini akan menaikkan suhu bumi yang kemudian berkembang menjadi pemanasan global yang berbahaya bagi makhluk hidup.

Kelestarian flora dan fauna akan terancam punah. Hutan merupakan habitat bagi satwa. Tumbuhan yang ada di dalamnya juga merupakan sumber makanan bagi satwa. Lagipula, kerusakan hutan identik dengan kerusakan tumbuhan. Jika hutan rusak, hewan akan kehilangan habitat dan sumber makanannya. Kondisi ini akan mempercepat kepunahan hewan, terutama satwa langka.

Terjadi tanah longsor. Hutan berguna sebagai pencegah tanah longsor. Karena akar tumbuhan yang ada di hutan mampu menjaga ketahanan tanah yang ada di sekitarnya. Tanpa ada hutan, ketahanan tanah akan berkurang dan berpotensi menimbulkan longsor. Ironisnya, bencana ini dapat memakan korban jiwa.

Terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Pada prinsipnya, hutan dapat berguna sebagai tempat penyimpanan air. Saat musim hujan, tumbuhan di hutan akan menyerap air ke dalam tanah agar dapat berfotosintesis. Sedangkan di musim kemarau, cadangan air yang ada di hutan dapat menjaganya dari kekeringan. Bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada hutan! Tidak ada lahan serapan air hujan, hingga menimbulkan banjir. Tidak ada cadangan air, yang kemudian menyebabkan kekeringan. Kedua bencana tersebut sangat merugikan bagi manusia, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.

Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan oleh kerusakan hutan.

Akibat-akibat di atas hanyalah sebagian kecil dari dampak kerusakan hutan. Semuanya menimbulkan ancaman bagi kehidupan manusia. Apakah kita rela hidup di tengah ancaman alam?

Dengan mengetahui akibat-akibat tersebut, kita harus menanamkan pada diri masing-masing untuk melakukan perubahan. Perubahan yang mengacu pada kepedulian terhadap lingkungan. Hutan adalah bagian dari kehidupan manusia. Tanpa ada hutan, manusia tidak dapat menjalani hidupnya. Karena segala jenis kebutuhan manusia pada dasarnya berasal dari hutan.

Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian hutan. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

Pertama, pemerintah harus menangani dengan serius mengenai masalah perizinan. Dimulai dengan tidak mengeluarkan izin-izin baru bagi pengusaha-pengusaha hutan. Dengan begitu, kebebasan pengusaha hutan dapat terbatasi. Pembatasan tersebut sangat berpengaruh terhadap keseimbangan jumlah pepohonan yang ada di hutan. Pembatasan ini juga mengatur tentang jumlah kayu yang boleh ditebang.

Kedua, mencabut PP No.2/2008. Peraturan ini memberi izin terhadap penambangan terbuka di kawasan hutan lindung. Hal ini jelas bertentangan dengan UU No.41/1999 pasal 38 ayat (2) tentang penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Jika PP tersebut tetap diberlakukan, maka akan mempercepat kerusakan hutan yang ada di Indonesia.

Ketiga, diadakan uji kelestarian hutan di seluruh Indonesia. Uji kelestarian ini dapat memberikan data dan keterangan mengenai tingkat kerusakan hutan. Selain itu, dari data yang ada kita dapat mengetahui penyebab kerusakan hutan tersebut. Maka, langkah penanggulangan yang akan diambil pun akan sesuai dengan kondisi hutan tersebut. Langkah yang tepat sasaran ini sangat efektif dan cenderung tidak sia-sia.

Misalnya, hutan A diketahui rusak karena illegal logging dengan tingkat kerusakan yang fatal, dimana keadaan ekosistemnya sudah jauh dari seimbang karena jumlah pepohonan yang sangat minim. Maka, langkah lanjutan yang dapat diambil adalah dengan melakukan kebijakan untuk menghentikan penebangan hutan. Kebijakan ini haruslah bersifat mutlak dan memaksa. Setelah penebangan dihentikan, barulah hutan direboisasi. Dengan begitu, hutan dapat kembali terjaga tanpa ada tindakan yang sia-sia.

Keempat, melakukan pengawasan intensif terhadap industri kayu. Pengawasan ini berbeda dengan pembatasan. Pengawasan dilakukan untuk mengawasi jalannya perdagangan kayu, dalam hal ini ekspor-impor. Jika terjadi “penyakit” dalam lalu lintas perdagangan kayu, pengawasan ini berfungsi untuk menyelidiki penyebabnya. Namun, bukan berarti pengawasan ini hanya terfokus pada segi ekonomi. Pengawasan ini juga mencakup segi ekologis yang mengacu pada keseimbangan hutan. Salah satu tindakannya adalah dengan menyelidiki dari mana sebuah pengusaha kayu mendapatkan bahan baku. Tindakan ini dapat mendeteksi penyelewengan dalam industri kayu, karena setiap pengusaha harus memberikan data yang konkret tentang bahan baku yang mereka gunakan.

Sebagai contoh, perusahaan A bergerak di bidang industri kayu. Maka, perusahaan A wajib memberikan data mengenai sumber bahan baku dan sistem perdagangannya. Diketahui bahwa perusahaan A memperoleh bahan baku dari hutan wilayah X dan telah bersedia memenuhi persyaratan yang berlaku. Suatu hari, perusahaan A terbukti melakukan penebangan di hutan wilayah Y. Dengan bukti tertulis yang ada di data awal, maka perusahaan A telah terbukti melanggar peraturan dengan melakukan penebangan liar di wilayah Y. Perusahaan A pun harus menjalani proses hukum.

Kelima, mempertegas hukum dan perundang-undangan yang telah berlaku mengenai kehutanan. Kebijakan ini juga mengatur penerapannya di lapangan. Seperti yang kita ketahui, fungsi pengawasan hutan di Indonesia sangat lemah. Banyak tindakan yang dapat dilakukan penebang-penebang ilegal untuk memudahkan akses kerja mereka, salah satunya dengan memanfaatkan petugas. Hal ini dapat diatasi dengan adanya pemeriksaan terhadap petugas pengawas hutan itu sendiri. Pemeriksaan ini dilakukan secara langsung oleh Departemen Kehutanan dan pihak-pihak terkait, seperti WALHI dan WWF. Petugas yang terbukti “terlibat” dalam illegal logging pun harus ditindaklanjuti dengan proses hukum yang berlaku atau tindakan PHK.

Keenam, melakukan reboisasi. Kebijakan ini berguna untuk memulihkan hutan yang sudah rusak parah akibat illegal logging dan kebakaran hutan. Dalam hal ini, masyarakat lokal patut dilibatkan. Keterlibatan masyarakat lokal berguna untuk tetap menjaga hutan yang telah direboisasi.

Ketujuh, memberlakukan sistem hutan tertutup. Sistem ini berguna untuk mempertahankan kelestarian hutan. Yang dimaksud dengan ‘tertutup’ dalam hal ini adalah tertutup dari penggunaan hutan untuk industri dan pembukaan lahan untuk pertambangan, pemukiman, dan perkebunan.

Namun, hutan tertutup ini bukan untuk dinonaktifkan. Hutan tertutup dapat difungsikan sebagai Hutan Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA), berbeda dengan hutan lindung. Selain untuk melindungi dan melestarikan tipe-tipe ekosistem tertentu dari ancaman kepunahan, hutan PPA juga berfungsi sebagai laboratorium hidup, wahana pembiakan bibit, sarana pendidikan dan penelitian, serta pelestarian sumber daya alam. Hutan PPA meliputi suaka alam, cagar alam, suaka margasatwa, dan kawasan wisata.

Dalam melakukan upayanya, pemerintah juga tidak terlepas dari peranan masyarakat. Sebagai rakyat Indonesia, kita harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan kehutanan. Banyak hal kecil yang dapat kita lakukan guna menjaga kelestarian hutan, yaitu sebagai berikut.

Pertama, menghindari perilaku konsumtif yang mengarah pada penggunaan benda-benda hasil produksi hutan. Manfaatkan perabotan yang ada di rumah seefisien mungkin. Pikirkan, berapa banyak pohon yang telah ditebang untuk membuat sebuah meja makan atau perabotan lainnya? Misalnya, untuk membuat sebuah meja makan, diperlukan sebuah pohon sebagai bahan baku. Jika di setiap rumah terdapat 2 buah meja makan, bayangkan berapa banyak pohon yang terbuang sia-sia untuk penggunaan yang tidak efisien?

Kedua, menghindari tindakan ceroboh yang berdampak pada akibat yang fatal bagi hutan. Misalnya, sebatang rokok mampu membunuh jutaan pepohonan dalam sebuah area hutan seluas puluhan hektar. Kecerobohan ini berujung pada kebakaran hutan yang dapat merusak ekosistem hutan dan membahayakan kesehatan manusia sendiri.

Ketiga, mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi kehutanan di Indonesia. Dari informasi-informasi tersebut, kita dapat membantu pemerintah dalam menjalankan pengawasan terhadap hutan. Laporkan kepada Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) terdekat ataupun lembaga non pemerintah lainnya dan kepada instansi penegak hukum, atau media massa jika menemukan peredaran kayu tanpa izin maupun kegiatan pengrusakan hutan.

Hutan adalah bagian dari hidup manusia. Bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada hutan. Manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Pakaian, tempat tinggal, makanan, dan bahkan alat-alat tulis yang kita gunakan sehari-hari merupakan hasil olahan bahan mentah yang diambil dari hutan.

Setelah mengetahui bahwa ada hal-hal kecil yang dapat dilakukan untuk memelihara kelestarian hutan, apakah kita akan tetap berpangku tangan dan tidak peduli? Atau kita ingin terus hidup di ambang kehancuran dengan membiarkan hutan kita dirusak? Jawabannya hanya satu, yaitu kesadaran untuk melakukan perubahan.

Kekayaan sumber daya hutan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Kekayaan hutan kita juga dipandang oleh dunia internasional. Anugerah itulah yang patut dijaga dan disyukuri, bukan untuk dirusak atau dipergunakan dengan sewenang-wenang.

Alam telah membesarkan dan memberikan kehidupan kepada manusia. Maka, dalam diri kita harus tertanam rasa memiliki terhadap alam, terutama hutan. Hindari perilaku egois yang dapat merugikan alam mapun banyak orang. Hutanku, Indonesiaku. Prinsip ini harus ditanamkan pada generasi muda Indonesia. Sebuah prinsip yang mengandung arti kebanggaan, rasa memiliki, dan kepedulian yang tinggi terhadap hutan Indonesia yang kaya akan hasil buminya.




gimana?
ga ada Biologi"nya kan?
kenapa bisa menang?
i don't know..
ini keajaiban alam.. aku mempercayainya..